Seorang
pria di China berkukuh menolak pindah saat lokasi rumahnya terkena pembangunan
jalan arteri. Akibatnya selama 14 tahun rumah itu tetap kokoh berdiri di tengah
jalan. Sendirian.
Namun,
menurut China Daily, Jumat 22 September 2017, setelah 14 tahun bertahan, pria
itu akhirnya bersedia pindah.
Rumah
itu terdiri dari tiga tingkat. Kontras berdiri sendirian di tengah jalan arteri
yang sibuk di distrik Sonjiang, di pinggiran kota Shanghai, China.
Rumah
itu akhirnya dirobohkan Senin lalu setelah perselisihan antara pemilik rumah
dan pemerintah setempat berakhir setelah 14 tahun.
Rumah
hunian lama di sekitar gedung itu sebelumnya sudah dirobohkan beberapa tahun
lalu untuk memperluas Jalan Huting Utara menjadi empat jalur.
Pemilik
rumah mengatakan dia bertahan karena tak mencapai kata sepakat dengan
pemerintah setempat. Ketidaksepakatan itu antara lain soal kompensasi ganti
rugi dan relokasi.
Maka,
jalur jalan yang semula direncanakan empat jalur itu, hanya bisa dibangun untuk
dua jalur. Karena masih ada rumah yang menolak pindah dan posisinya persis di
tengah jalan.
Zhang
Xinguo, menantu Xu Jun yang berusia 89 tahun, yang memiliki rumah tersebut,
mengatakan keluarganya harus membayar mahal dalam kehidupan mereka sehari-hari
karena mempertahankan rumahnya tetap berdiri di tengah lalu-lintas yang sibuk.
"Suaranya
berisik sepanjang waktu terutama larut malam saat truk datang dan pergi. Ibu
mertua saya meninggal dunia karena serangan jantung tiga tahun lalu," kata
Zhang, yang tinggal di rumah itu bersama istri, ayah mertua, saudara iparnya
dan anak perempuannya yang sudah menikah.
Terlepas
dari risiko kebisingan, debu dan keamanan, ada juga tekanan psikologis yang
luar biasa. Akhirnya keluarga itu pindah ke apartemen sewaan di dekatnya
sebelum pergi ke rumah relokasi yang disediakan pemerintah setempat.
"Saya
tidak bangga menjadi orang yang tinggal di tengah jalan," katanya.
Menurutnya ada tiga kecelakaan lalu-lintas karena pengemudi terkejut dan tidak
siap melihat ada rumah di tengah jalan. Mereka mengalami kecelakaan karena
menghindari bangunan tersebut.
Zhang
mengatakan keluarga tersebut tidak ingin merepotkan masyarakat, namun mereka
tetap ngotot tinggal di rumah tersebut sejak tahun 2003 karena mereka tidak
setuju dengan jumlah kompensasi yang pemerintah tawarkan.
"Pada
tahun 1950-an ketika rumah-rumah dibangun, ayah mertua saya memegang dua
sertifikat untuk menunjukkan bahwa keluarga memiliki dua potong tanah untuk
para petani yang membangun tempat tinggal. Namun, otoritas relokasi tersebut
mengatakan bahwa salah satu dari sertifikat itu telah habis masa
berlakunya," kata Xu .
Pada
akhirnya, anggota keluarga mengira mereka tidak akan bisa mendapatkan
kompensasi sebanyak yang mereka inginkan. Jadi mereka menolak direlokasi.
Namun,
dalam kesepakatan akhir yang dibuat baru-baru ini, Zhang dan keluarganya
akhirnya akan menerima empat apartemen dan kompensasi uang senilai 2,3 juta
yuan atau Rp 4,7 miliar. Maka mereka pun sepakat untuk pindah.
Lu
Hui, Kepala Kantor Relokasi Kecamatan Jiuliting, mengatakan perwakilan
berbicara kepada keluarga tersebut secara langsung dan melalui telepon puluhan
kali untuk mencoba meyakinkan mereka
mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan pengemudi kendaraan dan pejalan
kaki yang lewat.
Selain
uang, keluarga tersebut akhirnya diberi empat apartemen dengan luas total
sekitar 400 meter persegi sebagai kompensasi.
Sebuah
akhir yang bahagia. Perjuangan 14 tahun keluarga pria itu berumah di tengah
jalan pun tidak sia-sia...
0 Comments