Selain menggunakan biji, ternyata daun tanaman kopi
pilihan di Desa Sipultak Dolok, Kecamatan Pagaran, diolah masyarakat menjadi
bubuk kopi untuk dikomsumsi, selama lebih dari puluhan tahun silam.
"Kopi panggang telah dikomsumsi sejak
dahulu," ungkap Kepala Desa Sipultak Dolok, Asdellight Lumbantoruan,
Senin. Disebutkan, cita rasa kopi ini sangat berbeda dari kopi yang biasa kita
nikmati.
Dilansir dari Antarasumut, meski warnanya tidak
sepekat kopi biji, rasanya ternyata sangat kuat jika dibandingkan dengan kopi
yang berbahan biji. Kopi panggang dari Desa Sipultak Dolok Pagaran ini, juga
memiliki aroma yang kuat khas perpaduan kopi dan teh.
Cara membuat kopi panggang ala Pagaran tidak begitu
rumit. Hanya butuh waktu sekitar 10 menit, daun kopi yang diasapi akan
mengering dan siap untuk disajikan.
Tagam Lumbantoruan, 68), warga Dusun Meat Desa
Sipultak Dolok menuturkan, daun kopi yang akan dipanggang dipilih dari ranting
yang tidak memiliki buah. Kemudian ranting tersebut dipanggang maupun diasapin
di atas api (seperti proses penyelaian) hingga daun mengering dan menghitam.
"Pengasapan jangan sampai membakar daun karena
hasilnya tidak akan enak. Jarak api dan daun sekitar 50 cm," terangnya.
Setelah benar-benar kering, daun tersebut kemudian diremas hingga remuk seperti
bubuk teh. Serbuk ini kemudian direbus dengan air hingga mendidih kemudian
disuguhkan.
"Segenggam serbuk kopi panggang, biasanya hanya
untuk 3 gelas kopi saja," ujar Tagam sembari mengakui bahwa cara pembuatan
kopi panggang ini telah diketahuinya dari orang tuanya, sejak dia berumur 15
tahun.
Setiap hari, Tagam mengaku mengkonsumsi kopi
panggang minimal 2 gelas. Dikatakan, untuk mendapatkan citarasa yang lebih
nikmat dari kopi panggang, daun kopi yang telah dikeringkan sebaiknya direbus
bersamaan dengan batang tebu dan susu kental.
Source: Antarasumut
0 Comments